SELAMAT DATANG DI BANYUMAS

NIKMATI wisata dan liburan anda di Banyumas bUat pengalaman hidup anda lebih menarik di Banyumas.

HOTEL DAN PENGINAPAN

HOTEL DAN PENGINAPAN TERSEBAR DI WILAYAH BANYUMAS .

KULINER DI BANYUMAS

TERSEDIA BERBAGAI MAKANAN TRADISIONAL NUSANTARA DAN INTERNASIONAL.

MODA TRANSPORTASI DAN BIRO PERJALANAN WISATA

Transportasi dan Biro Perjalanan Wisata tersedia mencukupi di Banyumas.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Minggu, 12 Oktober 2014

Festifal Ebeg Jadikan Sebagai Sarana Visit Banyumas Year

Festifal Ebeg Banyumas yang diadakan bulan Oktober 2014 s.d April 2015 akan ditampilkan di tiap kecamatan di Banyumas . Masing-masing regu untuk menampilkan ciri khas ebeg Banyumas afar ebeg Banyumas bisa lestari.

Festifal Ebeg Banyumas diselenggarakan oleh Paguban Ebeg Banyumas "PAKUMAS". Melalui festifal ebeg ini bisa dijadikan untuk menarik wisatawan lokal maupu luar daerah. Dwngan banyaknya wisatawan maka akan meningkatkan pendapatan masyarakat.

Minggu, 28 September 2014

Gunung Putri Purwojati Banyumas

Gunung Putri adalah salah satu obyek wisata spiritual di Kabupaten Banyumas, tepatnya ada diperbatasan kecamatan Purwojati dan Ajibarang,Jalan masuk paling mudah lewat kecamatan Purwojati khususnya melalui desa Kalitapen.

Gunung Putri memiliki pemandangan yang cukup bagus sehingga banyak wisatawan dari luar daerah yang mengunjunginya, namun sangat disayangkan penataan sarana dan prasarana sangat kurang baik dari pemerintah desa maupun kabupaten. Baru baru ini Gunung Putri dipakai sebagai tempat lomba Gantole pada PorProv Jawa Tengah.

Wisata spiritual termasuk kategori wisata minat khusus ( special interest tourism ). Objek dan kegiatan yang dilakukan wisatawan pada wisata spiritual berbeda dari wisata alam dan wisata belanja. Motivasi wisatawan yang berkunjung ke objek wisata spiritual adalah motif simbolis, estetis, magis dan mistis, serta informatif. Motif simbolis dan estetis berkaitan dengan komunikasi terhadap ruang dan waktu lampau. Motif magis dan mistis berhubungan dengan aurora supranatural objek wisata. Adapun motif informatif adalah keingintahuan wisatawan terhadap sejarah objek wisata.

Objek wisata spiritual di berbagai daerah selalu dikaitkan dengan mitos yang ada di masyarakat. Terlepas dari kepercayaan yang dianut wisatawan, mitologi adalah bagian dari sistem nilai dan budaya suatu masyarakat. Tugas pramuwisata yaitu menjelaskan objek wisata dan mitologinya tanpa harus memaksa wisatawan untuk percaya. Wisatawan yang berkunjung ke objek wisata spiritual tentu sudah memiliki motivasi dan pengetahuan awal tentang objek tersebut.

Tata cara kunjungan penting untuk diinformasikan kepada wisatawan. Mitologi seputar makam, petilasan, gua, dan situs purbakala selalu disertai tabu atau pantangan tertentu. Secara sosial antropologis, pantangan tersebut tidak dimaksudkan untuk mengultuskan orang atau objek tertentu. Tabu dalam masyarakat bertujuan menjaga kelestarian bangunan, lingkungan, maupun sistem nilai yang diwariskan dari generasi ke generasi. Disinilah pramuwisata khusus diharapkan  berperan dalam konservasi objek wisata spiritual.

Wisata spiritual saat ini memang masih merupakan trend. Namun tidak tertutup kemungkinan, ketika wisatawan mengalami kejenuhan terhadap objek wisata yang sudah berkembang, maka objek wisata spiritual menjadi pilihan alternatif. Perlu diingat, objek wisata seperti ini sangat sensitif terhadap hal-hal yang berbau mistik dan klenik. Sehingga perlu dibuat promosi objek yang proporsional dan rasional agar tidak menimbulkan polemik di masyarakat. 


Dari pengalaman berkemah semalam di Gunung Putri terlihat kesan mistis di wilayah tersebut, biasanya tempat tersebut didatangoleh berbagai regu kesenian agar grup seninya menjadi ramai di tanggap mentas. Kesan mistis tersebut karena kami didatangi oleh seorang putri yang membawa selendang dan katanya kalau selendang terseut dimiliki maka akan digandrungi banyak orang.

Riwayat Gunung Putri ada pada babad Basir ( John Knebel ,sejarawan Belanda) dalam bentuk tembang Sinom seperti dibawah ini :
inom

Ki Kalong Pangrawit ika
Kala semanten winarni
Apanta ambubak bukak
Dhedusun saanak rabi
Wus dadya dhusuneki
Ran dhusun Ajibarang
Daya dhusun geng nglangkungi
Wong macepat kapencut tumut awisma
Yata cinatur samana
Sira Ki Kalong Pangrawit
Darbe atmaja wanudya
Warna ayu tanpa tandhing
Apan kasebat putrid
Putrid Ngajibarang ayu
Yata pan cinarita
Pangran Palangon ing Pasir
Pan akarsa besanan lan Ngajibarang
Gya utusan angelamar
Mring Ngajibarang sedyeki
Duk prapta ing gegeteyan
Nulya pinethuk mring jurit
Mundur wadya ing Pasir
Matur mring Pangeran gupuh
Gya pangeran utusan
Pepatihe kang tinudhing
Kinen mundhut putrid dhateng Ngajibarang
Putri Ngajibarang kesah
Angical minggah mring ardi
Milanipun sapunika
PAN KATELAH ARDI PUTRI
Kyai Kalong Pangrawit
Sakalangkung runtikipun
Mring Pangeran Pasir Batang
Magang mring Pajang Nagari
Nuwunaken kang siti kapitubelah  

Candi Jago Makam Bagi Maharaja

Situs candi Jago adalah salah satu candi peninggalan kerajaan Singhasari yang terletak di desa Jago, kecamatan Tumpang, sekitar 22 Km dari arah kota Malang.Candi ini memiliki panjang 23,71 m dengan lebar 14 m dan tinggi 9.97 m. Di luar kaki candi terdapat relief-relief cerita Kresnayana, Parthayana, Arjunawiwaha, Kunjarakharna, Anglingdharma, dan cerita fabel. Untuk dapat mengerti alur cerita dari relief-relief tersebut, Ngalamers harus berjalan searah jarum jam mengitari candi. Sedangkan pada badan candi hanya terdapat relief cerita peperangan antara Kalayawana dan Kresna. Datang ke Candi Jago, selain mendapatkan pengetahuan baru, Ngalamers juga akan disambut dengan lingkungan sekitar yang asri dan sejuk.


Pada awal mulanya, candi ini bernama Jayaghu dan merupakan salah satu candi pendarmaan atau makam bagi Maharaja Wisnuwardhana. Namun, jika dilihat dari bentuk arsitekturnya, candi ini memiliki unsur arsitektur dan pengaruh dari Majapahit. Hal ini bisa di telisik dari bukti sejarah bahwa pada tahun 1272 Saka atau 1350 Masehi, candi ini pernah diperbaiki oleh Adityawarman dan mengalami beberapa pemugaran pada kurun waktu akhir Majapahit di pertengahan abad ke 15.

Dilihat dari bentuk arsitekturnya, Candi Jago memiliki persamaan bentuk dengan punden berundak yang merupakan ciri bangunan religi dari zaman megalithikum yang mengalami kebangkitan kembali pada massa akhir majapahit. Pada keseluruhan bangunan memiliki panjang sekitar 23,71 M, lebar 14 M dan tinggi 9, 97 M. Karena pengaruh waktu, candi Jago telah mengalami banyak perubahan dan tidak utuh lagi. Meskipun demikian, pesona dan kewibaan era masa lampau masih bisa terlihat dengan jelas saat mengunjungi candi ini.